Rabu, 31 Juli 2013

Karena Sakit Kepala Tak Bisa Dibohongi

Hidup itu memang penuh kejutan ya?

Kemarin-kemarin, mana saya pernah terfikir menjadi seorang penyiar radio. Dibenak saya, para penyiar radio adalah orang-orang dengan kemampuan berbicara di atas rata-rata, punya vokal yang bagus serta tentu saja tidak pernah kehabisan ide saat berbicara.

Saya sendiri mengidientifikasi diri saya sebagai seorang pendiam. Di lingkungan baru, atau jika berhadapan dengan teman-teman baru, saya cenderung diam. Mendengarkan tanpa banyak bicara. Mencoba menyesuaikan. Makanya, jika mengikuti seminar atau training jangan pernah berharap saya akan sengaja bertanya. Saya akan memilih diam di bawah radar. Tidak terdeteksi.

Karena itulah saya selalu merasa tidak punya bakat untuk perkerjaan bernama penyiar radio. Tapi sekarang, sudah dua bulan ini saya bolak-balik di Radio Volare, sebuah radio swasta dan salah satu yang tertua di kota Pontianak. Awalnya lumayan kagok. Terutama jika sudah berhadapan dengan para penyiar lain yang mungki dari lahir sudah selalu heboh dan berisik. Dan saya, lebih banyak diam sambil mencoba beradaptasi.
Sejauh ini saya menikmati perkerjaan ini. Berhadapan dengan mic dan mixer yang kadang bikin ribet, berinteraksi dengan para pendengar setia, dan membuat obrolan yang seru dengan penyiar-penyiar lainnya saat mengudara. Satu hal yang saya percaya dengan pasti, asal kita mau belajar, kita bisa menjadi apapun. Dan saya sedang belajar untuk menjadi penyiar radio yang baik.

Tapi menjadi penyiar, bukannya tanpa tantangan. Selalu tampil ceria ketika membawakan program adalah sebuah keharusan. Seorang penyiar harus mampu menghadirkan suasana yang hangat dan menyenangkan ketika mengudara. Seperti apapun suasana hati atau kondisi si penyiar, yang dihadirkan kepada para pendengar haruslah keceriaan.

Yang paling tidak enak tentu saja ketika migrain tiba-tiba menyerang. Sulit rasanya bisa bertugas dalam keadaan seperti itu. Percayalah, bersiaran sambil menahan rasa sakit dikepala bukan sesuatu yang bagus. Jangan mengharapkan siaran akan bisa dibawakan dengan baik yang ada malah para pendengar nanti yang jadi korbannya. Karena itu lebih tepat rasanya meminta penyiar lain untuk menggantikan bersiaran.

Hanya saja, tak setiap saat ada yang mau menggantikan bersiaran. Di saat-saat seperti itulah Bodrex bisa dijadikan solusi. Dengan Bodrex Migra, sakit kepala sebelah tidak akan lagi mengganggu saya bersiaran. Reaksinya yang cepat membuat saya sanggup tetap menghadirkan kecerian ketengah-tengah pendengar setia radio Volare, meski migrain tersebut datang menjelang saat-saat saya harus mengudara.


Memang tidak ada pilihan lain, menyiapkan Bodrex Migra (dan tentu saja varian Bodrex yang lainnya) adalah suatu keharusan. Karena tidak jarang, ketika sakit kepala menyerang kita punya setumpuk tugas yang masih harus diselesaikan atau segudang aktivitas yang harus dijalani. Dan ketika kesibukan tak mau berkompromi, sementara sakit kepala tak bisa dibohongi, Bodrex yang terbukti Juaranya reaksi cepat, mungkin bisa menjadi jawaban.
 
 Tulisan ini diikut sertakan dalam lomba Bodrex Juaranya Cepat yang diselenggarakan Bodrex dan VIVAlog

Senin, 29 Juli 2013

Saatnya Mendengar Mereka Berbicara

Refleksi Hari Anak 2013

Dunia hari ini adalah dunia yang semakin tidak nyaman untuk ditinggali. Kerusakan, ketidakadilan, pertikaian hingga perperangan adalah hal yang selalu kita jumpai dalam banyak siaran berita hampir setiap hari. Dan kompetisi hidup pun jadi semakin beringas, semakin egois dan semakin kejam. Seolah zaman menuntut kita ber-evolusi sekali lagi. Melakukan apa yang oleh Charles Darwin di sebut sebagai seleksi hidup.

Dan dalam banyak kasus, anak-anak selalu menjadi korban paling pertama dan utama. Dalam berbagai macam pertikaian yang masih saja terjadi, dengan berbagai kepentingan di dalamnya, anak-anaklah yang paling terlebih dahulu merasakan dampak dan merasakan secara langsung akibat dari pertikaian tersebut. Dalam berbagai kepentingan politik, tak jarang juga anak-anak kehilangan hak-hak mereka entah untuk sebuah kehidupan yang layak atau pendidikan yang memadai. Bahkan pula tidak jarang kita temui, anak-anak menjadi objek eksploitasi dari para orang tua, atau bahkan menjadi pelampiasan ambisi para orang tua.

Saya yakin semua orang sepakat bahwa anak-anak adalah cerminan masa depan dari sebuah bangsa. Tapi sedikit sekali yang mau benar-benar menjadikan mereka sebagai asset berharga yang kelak nanti akan menjadi penentu baik buruknya wajah negeri ini. Yang ada adalah anak-anak kita kadang dibiarkan berada dalam posisi tak terlindungi, baik dari ancaman yang berupa kekerasan ataupun eksploitasi, maupun dari ancaman arus negatif yang tidak henti-hentinya menghantui anak-anak baik di negeri ini, maupun di belahan dunia manapun.

Saya selalu percaya bahwa setiap anak lahir dengan kesempurnaannya masing-masing. Karena itu saya juga percaya bahwa siapapun mereka punya potensi untuk menjadi agen perubahan. Berbicara, bergerak bahkan bahkan menjadi pioner untuk sebuah perubahan yang lebih baik.

Mari kembali ke tahun 1992, untuk mengenang sebuah kejadian yang sangat luar biasa sekaligus harusnya membuat kita orang dewasa menjadi malu. Seorang anak berusia 12 tahun, Severn Cullis-Suzuki telah membungkam dunia dengan pidato 5 menitnya. Ia bersama rekan-rekan remajanya di Environmental Children’s Organization (ECO), organisasi yang didirikannya bersama teman-teman seusianya mengumpulkan uang guna menghadiri Earth Summit yang dilaksanakan di Rio de Janeiro, Brazil. Di forum resmi PBB yang dihadiri hampir seluruh delegasi negara-negara di dunia.

Dan di akhir tulisan ini saya sengaja mengutip isi pidato Severn Cullis-Suzuki kala itu agar kita semua, terutama para orang dewasa menyadari bahwa anak-anak kita adalah harta karun yang wajib kita jaga. Di dalam jiwa murni mereka, wajib kita nyalakan bara api kepedulian terhadap sesama dan kemauan untuk selalu berbuat kebaikan. Bukan malah mengotorinya dengan sifat tamak, rakus dan egois yang sering kali, baik sadar atau tidak kita contohkan dan ajarkan pada mereka. Mari kita belajar pada Severn, mari belajar untuk mendengar mereka, dan mari dorong mereka untuk membangun sebuah dunia yang lebih baik.
Severn Canellis-Suzuki

Pidato Severn Canellis-Suzuki, dihadapan para delegasi dunia di forum Earth Summit, di Rio de Janeiro, pada tahun 1992. 

Halo, nama saya Severn Suzuki, berbicara mewakili E.C.O - Enviromental Children Organization. Kami adalah kelompok dari Kanada yang terdiri dari anak-anak berusia 12 dan 13 tahun, yang berusaha untuk membuat perbedaan, yaitu : Vanessa Suttie, Morga, Geister, Michelle Quiq dan saya sendiri. Kami menggalang dana untuk bisa datang kesini, dari tempat yang jauhnya 6000 mil, untuk memberitahukan pada anda sekalian, orang-orang dewasa, bahwa anda harus mengubah cara anda. Hari ini, di sini juga. Saya tidak memiliki agenda tersembunyi. Saya menginginkan masa depan bagi diri saya saja. 

Kehilangan masa depan tidaklah sama seperti kalah dalam pemilihan umum atau rugi dalam pasar saham. Saya berada di sini untuk berbicara bagi semua generasi yang akan datang. Saya berada disini mewakili anak-anak yang kelaparan di seluruh dunia yang tangisannya tidak lagi terdengar. Saya berada disini untuk berbicara bagi binatang-binatang yang sekarat yang tidak terhitung jumlahnya di seluruh planet ini karena kehilangan habitatnya. Kami tidak boleh tidak di dengar. Saya merasa takut untuk berada di bawah sinar matahari karena berlubangnya lapisan ozon. 

Saya merasa takut untuk bernafas karena saya tidak tahu ada bahan kimia apa yang dibawa oleh udara. Saya sering memancing di Vancouver bersama ayah saya, hingga beberapa tahun yang lalu kami menemukan bahwa ikan-ikannya penuh dengan kanker. Dan sekarang kami mendengar bahwa binatang-binatang dan tumbuhan satu persatu mengalami kepunahan tiap harinya. Hilang selamanya. Dalam hidup saya, saya memiliki mimpi untuk melihat kumpulan besar binatang-binatang liar, hutan rimba dan hutan tropis yang penuh dengan burung dan kupu-kupu. Tetapi sekarang saya tidak tahu apakah hal-hal tersebut bahkan masih ada untuk dilihat oleh anak saya nantinya. 

Apakah anda sekalian harus khawatir terhadap masalah-masalah kecil ini ketika anda sekalian masih berusia sama seperti saya sekarang? Semua ini terjadi di hadapan kita dan walaupun begitu kita masih tetap bersikap seolah-olah kita masih memiliki banyak waktu dan memiliki semua pemecahannya. Saya hanyalah seorang anak kecil dan saya tidak memiliki semua pemecahannya, tetapi saya ingin anda sekalian menyadari bahwa anda sekalian juga sama seperti saya! 

Anda tidak tahu bagaimana caranya memperbaiki lubang pada lapisan ozon kita. 

Anda tidak tahu bagaiman cara mengembalikan ikan-ikan salmon ke sungai asalnya. 

Anda tidak tahu bagaimana caranya mengembalikan binatang-binatang yang telah punah. 

Dan anda tidak dapat mengembalikan hutan-hutan seperti sediakala di tempatnya yang sekarang hanya berupa padang pasir… 

Jika anda tidak tahu bagaimana cara memperbaikinya, tolong berhenti merusaknya… 

Disini anda adalah delegasi negara-negara anda : pengusaha, anggota perhimpunan, wartawan atau politisi, tetapi sebenarnya anda adalah ayah dan ibu, saudara laki-laki dan saudara perempuan, paman dan bibi dan anda semua adalah anak dari seseorang. 

Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa kita semua adalah bagian dari sebuah keluarga besar, yang beranggotakan lebih dari 5 milyar, terdiri dari 30 juta rumpun dan kita semua berbagi udara, air dan tanah di planet yang sama. Perbatasan dan pemerintahan tidak akan mengubah hal tersebut. 

Saya hanyalah seorang anak kecil namun begitu saya tahu bahwa kita semua menghadapi permasalahan yang sama dan kita seharusnya bersatu untuk tujuan yang sama. Walaupun marah, namun saya tidak buta, dan walaupun takut, saya tidak ragu untuk memberitahukan dunia apa yang saya rasakan. 

Di negara saya, kami sangat banyak melakukan penyia-nyiaan, kami membeli sesuatu dan kemudian membuangnya, beli dan kemudian buang. Walaupun begitu tetap saja negara-negara di utara tidak akan berbagi dengan mereka yang memerlukan. Bahkan ketika kita memiliki lebih dari cukup, kita merasa takut untuk kehilangan sebagian kekayaan kita. Kita takut untuk berbagi. Di Kanada kami memiliki kehidupan yang nyaman, dengan sandang, pangan dan papan yang berkecukupan. Kami memiliki jam tangan, sepeda, komputer dan perlengkapan televisi. 

Dua hari yang lalu di Brazil sini, kami terkejut ketika kami menghabiskan waktu dengan anak-anak yang hidup di jalanan. Dan salah satu anak tersebut memberitahukan kepada kami : “Aku berharap aku kaya, dan jika aku kaya, aku akan memberikan anak-anak jalanan makanan, pakaian dan obat-obatan, tempat tinggal, serta cinta dan kasih sayang.” 

Jika seorang anak yang berada di jalanan yang tidak memiliki apapun, bersedia untuk berbagi, mengapa kita yang memiliki segalanya masih begitu serakah? Saya tidak dapat berhenti memikirkan bahwa anak-anak tersebut berusia sama dengan saya, bahwa tempat kelahiran anda dapat membuat perbedaan yang begitu besar. Bahwa saya bisa saja menjadi salah satu dari anak-anak yang hidup di Favellas di Rio. Saya bisa saja menjadi anak yang kelaparan di Somalia, seorang korban perang timur tengah atau pengemis di India. 

Saya hanyalah seorang anak kecil namun saya tahu bahwa jika semua uang yang dihabiskan untuk perang dipakai untuk mengurangi tingkat kemisikinan dan menemukan jawaban terhadap permasalahan alam, betapa indah jadinya dunia ini. 

Di sekolah, bahkan di taman kanak-kanak, anda mengajarkan pada kami untuk berbuat baik. Anda mengajarkan pada kami untuk tidak berkelahi dengan orang lain, mencari jalan keluar, membereskan kekacauan yang kita timbulkan, tidak menyakiti makhluk hidup lain, berbagi dan tidak tamak. Lalu mengapa anda kemudian melakukan hal yang anda ajarkan pada kami supaya tidak boleh dilakukan tersebut? 

Jangan lupakan mengapa anda menghadiri Konfrensi ini. Mengapa anda melakukan hal ini? Kami adalah anak-anak anda semua. Anda sekalianlah yang memutuskan dunia seperti apa yang akan kami tinggali. Orang tua seharusnya dapat memberikan kenyamanan pada anak-anak mereka dengan mengatakan : “Semuanya akan baik-baik saja”, “Kami melakukan yang terbaik yang dapat kami lakukan” dan “Ini bukanlah akhir dari segalanya.” 

Tetapi saya tidak merasa bahwa anda dapat mengatakan hal tersebut kepada kami lagi. Apakah kami bahkan ada dalam daftar prioritas anda semua? Ayah saya selalu berkata “Kamu akan selalu dikenang karena perbuatanmu bukan oleh kata-katamu.” 

Jadi, apa yang anda lakukan membuat saya menangis pada malam hari? Kalian orang dewasa berkata bahwa kalian menyayangi kami. Saya menantang anda semua, cobalah untuk mewujudkan kata-kata tersebut. 

Sekian dan terima kasih atas perhatiannya.

Minggu, 28 Juli 2013

Surga Wisata Di Utara Jakarta

Apa yang pertama kita ingat soal Jakarta? Macet. Banjir. Sampah. Atau Jokowi. Hehehe, ibukota kita tercinta itu memang penuh dengan permasalahan, dan pak gubernurnya memang sedang sibuk blusukan, mencoba membenahi kota yang paling sibuk se-Indonesia.

Mungkin saking kompleksnya permasalahan Jakarta, kadang orang-orang lupa bahwa sedikit ke utara saja dari pusat kota itu, ada gugusan surga nan elok bernama Kepulauan Seribu. Memang jumlah pulaunya tidak benar-benar mencapai bilangan seribu, namun siapapun pasti tidak akan menolak bahwa diantara hiruk-pikuknya jakarta, Kepulauan Seribu menawarkan seribu pesona yang tidak akan bisa dilewatkan oleh traveler manapun.
Kepulauan Seribu

Masih berada dalam wilayah administratif Ibukota Jakarta, Kepulauan Seribu terdiri 110 pulau-pulau kecil yang masing-masing memiliki pesona alam yang menawan dan keunikannya tersendiri. Beribukota di Pulau Pramuka, hanya dibutuhkan setidaknya sekitar 3-4 jam perjalanan laut dari Muara Angke, Muara Kamal, atau Pelabuhan Marina, kita sudah bisa menikmati eksotisme keindahan di Kepulauan Seribu.

Berwisata ke Kepulauan Seribu kita bisa menentukan sendiri perjalanan seperti apa yang kita kehendaki. Bagi yang berkantong tebal, Pulau Bidadari dan Pulau Putri boleh jadi pilihan yang sesuai. Pulau yang tenang dengan keindahan pesona bahari yang sangat luar biasa. Fasilitas yang tersedia di pulau inipun terbilang lengkap mulai dari resort bahkan kapal dengan fasilitas sekelas hotel. Menikmati keindahan pulau-pulau ini bersama pasangan, bisa jadi sebuah momen yang tak terlupakan.

Tapi jika anda tak punya bujet yang cukup besar, Pulau Pramuka dan Pulau Tidung banyak menawarkan fasilitas berharga murah. Namun jangan salah, kedua pulau ini juga punya pesona yang tiada habisnya untuk dieksplorasi. Bahkan Pulau Tidung memiliki jembatan cinta yang membuatnya semkin terkenal dikalangan traveler, terutama para muda-mudi.

Pilihan wisata di kepulauan seribupun beragam. Penyuka diving bisa menikmati banyak spot menyelam di Kepulauan Seribu yang tak kalah indah ketimbang Bunaken atau Raja Ampat. Kumpulan terumbu karang dan hutan mangrove yang termasuk dalam bagian dari Taman Nasional Kepulauan Seribu merupakan daya tarik luar biasa bagi penggemar wisata bawah air.

Eksotisme kepulauan seribu

Wisata sejarahpun bisa di dapat di Pulau Onrust dan sekitarnya. Ada jejak-jejak peninggalan kolonial belanda yang masih tersisa dan layak dikunjungi untuk bernostalgia dengan bagian luar dari Batvia tempo dulu. Kita juga bisa mengunjungi Mercusuar dan Reruntuhan bangunan zaman belanda di pulau Edam dan pulau Cipir.

Dan bagi mereka yang berjiwa petualang, Kepulauan Seribu juga menyediakan banyak pulau kosong tak berpenghuni yang bisa dijadikan sebagai destinasi tujuan. Menikmati pantai dengan tenda sambil menyalakan api unggun dibawah naungan langit luas adalah sesuatu yang pantas untuk dicoba. Selain itu kitapun bisa mengunjungi pusat pelestarian penyu sisik di Pulau Kelapa. Memang, kekayaan hayati yang tersimpan di Kepulauan Seribu adalah gambaran betapa kayanya Indonesia.

Satu yang menjadi kelebihan dari Kepulauan Seribu adalah letaknya yang dekat dengan Ibukota. Tapi eksotisme yang ditawarkan tak kalah dari destinasi wisata legendaris seperti Bali, Raja Ampat, bahkan Hawai sekalipun. Selain itu ada beragam model wisata yang bisa anda nikmati sesuai selera dan budget anda. Bahkan sekarang lebih mudah lagi, karena telah banyak agen perjalanan wisata yang menawarkan paket liburan ke Kepulauan Seribu. 

Karena itu, anda tak harus susah payah mengajukan cuti untuk berlibur dan menikmati suasana pantai yang indah. Di akhir pekan pun anda bisa mengunjungi Kepulauan Seribu. Atau jika berkesempatan berkunjung ke ibukota, entah untuk urusan kerja atau sekedar melancong, maka tak ada salahnya untuk meluangkan waktu dua atau tiga hari untuk menyeberang ke utara Jakarta.

Hanya saja saya khawatir, tiga hari mungkin tidak akan cukup memuaskan kita mengeksplorasi seribu pesona di Kepulauan Seribu. Jadi, jangan salahkan saya kalau kelak anda ingin kembali lagi dan lagi ke sana.

Sumber: 
jakarta.panduanwisata.com
pulauseribu.com

Tulisan ini diikut sertakan dalam lomba blog dari @VIVAlog dan @JakartaTourism