Kamis, 22 Agustus 2013

Indonesia Raya, Amiiiin...


Beberapa anak-anak sedang mengadakan upacara bendera. Seperti selayaknya upacara bendera, ketika sang dwi warna dikerek mendaki tiang yang dibuat seadanya, sebagian anak-anak itu menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Indonesia Raya, merdeka, merdeka
Tanahku negriku yang kucinta
Indonesia Raya, merdeka, merdeka
Hiduplah Indonesia raya....
Amiiin.....

Dipenghujung lagu Indonesia Raya tersebut, seorang bocah yang paling kecil diantara yang lainnya menambahkan kata amiiin. Sejenak teman-temannya saling pandang kebingungan. Namun kemudian ikutan mengatakan Amiiin.

Masih ingat bukan dengan adegan ini? Ya, ini hanyalah sebuah lakon dari film besutan Dedi Mizwar, Alangkah Lucunya (Negeri Ini) beberapa tahun yang lalu. Sebuah film yang ketika menontonnya sukses membuat saya tertawa, termasuk di adegan yang satu ini.

Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) bisa jadi adalah cara yang paling sederhana untuk membetot kesadaran kita. Bahwa di negeri yang kita cintai setengah mati ini ada begitu banyak ironi yang bisa membuat kita tertawa terbahak-bahak sekaligus menampar diri kita sendiri dan menyadarkan kita, yah... memang beginilah Indonesia.

Peringatan hari kemerdekaan tahun ini menandai usia 68 tahun bangsa merdeka ini. Dan saya sampai sekarang masih berusaha mempercayai bahwa guru-guru saya di sekolah dasar dulu tidak sengaja berbohong dengan mengatakan bahwa Indonesia adalah negara yang besar. Negara yang pantas dibanggakan. Indonesia yang negara agraris. Indonesia yang negara maritim. Indonesia yang kaya akan segalanya.

Saya dan generasi ini akan terus mencoba berprasangka baik bahwa guru-guru kami tak berniat membohongi kami dengan bualan bahwa negeri ini sedemikian pentingnya dipercaturan dunia. Mendongengkan kami bahwa negeri ini terletak diantara dua benua serta diapit oleh dua samudra, sehingga seluruh bangsa-bangsa di dunia ini berlomba-lomba untuk menjajahnya. Menganggap bahwa negeri ini berperadaban dan berkebudayaan tinggi, padahal dalam realitanya orang kita bahkan banyak tidak pernah mampu belajar bagaimana antri dengan benar.

Sungguh, dalam 68 tahun usia negeri ini, kami masih mencoba percaya bahwa Indonesia di dirikan dengan sebuah cita-cita mulia. Lahir dari buah pemikiran hebat para founding father bangsa yang telah berkorban banyak hal untuk kemerdekaan. Kemerdekaan yang oleh mereka sendiri, digambarkan bertujuan untuk "Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia."

Menginjak usia yang ke 68 tahun, kami dari generasi yang terpisah lebih dari separuh abad dari perjuangan mengharu biru mengibarkan sang saka merah putih ini, sedang berusaha meyakinkan diri kami sendiri setengah mati, bahwa bendera yang tiap pekan kami hormati itu punya makna yang lebih dari sekedar selembar kain berwarna merah dan putih biasa. Bahwa lagu Indonesia Raya tak sekedar gubahan orkestra biasa tanpa makna apa-apa dibaliknya. Bahwa Pancasila bukan sekedar omong kosong belaka tapi sebuah cita-cita sekaligus doa untuk masa depan Indonesia.

Di 28 Oktober 1928, ketika seorang pemuda kurus bernama Wage Rudlof Supratman memainkan biolanya dan menyanyikan lagu Indonesia Raya, mungkin ia membayangkan Indonesia yang merdeka. Indonesia yang sejahtera. Indonesia yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah-nya. 

Hiduplah tanahku, hiduplah negriku 
Bangsaku rakyatku, semuanya 
Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya 
Untuk Indonesia Raya... 

Bertahun-tahun lamanya ratusan orang di negeri ini juga menyanyikan lagu ini penuh kebanggaan, sambil berharap apa yang dicita-citakan WR Supratman ini bukan sekedar mimpi siang bolong. Walau dalam realitanya mereka selalu dan selalu dibuat kecewa oleh penguasa bangsanya. 

Indonesia, tanah airku, tanah tumpah darahku 
Di sanalah aku berdiri, jadi pandu ibuku 
Indonesia kebangsaanku, bangsa dan tanah air ku 
Marilah kita berseru, Indonesia bersatu... 

Semoga para pemuda Indonesia masih percaya. Masih percaya bahwa Indonesia adalah negeri yang besar. Negeri yang bercita-cita luhur melindungi dan menyejahterakan seluruh rakyat. Semoga kita masih percaya bahwa cita-cita bapak pendiri bangsa ini bukan sekedar omong kosong atau mimpi siang bolong. Sambil sedikit-sedikit mari kita coba mulai perbaiki negeri yang sakit ini, dan berharap jangan sampai generasi selanjutnya hanya menganggap Indonesia Raya, sekedar orkestra klasik biasa, tanpa meyakini cita-cita besar yang ditanamkan WR Supratman dalam lirik-liriknya. 

Barangkali juga, mungkin kita memang perlu mencontoh satire dari Dedi Mizwar di awal tulisan ini. Mungkin di akhir Indonesia Raya yang kita kumandangkan saban senin itu, perlu kita tambahkan kata "Amiiin." Mungkin dengan begitu, doa WR Supratman agar bangsa Indonesia menjadi Indonesia Raya akan dikabulkan Tuhan.

Kamis, 15 Agustus 2013

Berlebaran Di Kota Seribu Kelenteng

Di hari lebaran seharusnya adalah saat yang tepat untuk berkumpul bersama keluarga. Tapi di lebaran beberapa tahun yang lalu, tepat di hari kedua syawal, saya dan beberapa orang kawan malah menyisir jalan raya di pesisir barat Borneo untuk menuju Singkawang, kota seribu klenteng.

Singkawang mungkin lebih terkenal sebagai kota yang kental dengan budaya Tiong Hoa dan perayaan Cap Go Meh-nya. Tapi melewatkan lebaran di Singkawang tetap menjadi salah satu memori yang manis yang tidak bisa dilupakan.


Perayaan lebaran di Singkawang sekilas tampak biasa saja. Pertokoan di pusat kota masih banyak yang tampak buka. Terutama karena kebanyakan pertokoan-pertokoan di Singkawang memang milik para pedagang etnis Tiong Hoa. Karena itu, meski di hari lebaran, tak usah khawatir kesulitan belanja. Malah di Singkawang, kita akan dimanjakan oleh deretan pertokoan-pertokoan. Ada yang masih berupa bangunan tempo dulu, ada juga yang telah menyulapnya menjadi bangunan bergaya moderen. Saya dan kawan-kawan menjuluki Singkawang sebagai Braga-nya Kalimantan Barat bahkan ada teman saya yang menyebutnya sebagai Ginza-nya Indonesia.


Satu hal yang bisa saya tangkap ketika pertama kali sampai di pusat kota adalah betapa masyarakat kota itu rukun dalam perbedaannya. Dua bangunan ibadah tampak berdiri megah dalam jarak yang tak terlalu berjauhan. Yang satu Masjid Agung Singkawang yang tampak megah dengan dua menara menjulangnya. Sementara tak jauh dari sana, Kelenteng Vihara Tri Dharma berdiri kokoh dalam nuansa merah. Saya berkesempatan mengabadikan gambarnya dalam satu frame kamera foto. Sebagai bukti bahwa perbedaan tak selalu menjadi pemicu perpecahan. Bukan hanya itu, ketika saya menginap di rumah salah seorang teman, saya mendapati bahwa sudah menjadi kebiasaan bagi orang Tiong Hoa di Singkawang, untuk ikut berkunjung ke tetangganya yang muslim ketika Idul Fitri. Bukti lain bahwa kerukunan beragama telah terjalin di kota ini.


Menginap semalam di kota Singkawang, membuat saya berkesempatan menikmati keindahan kota itu. Bangunan-bangunan tua yang masih banyak tersisa membuat kota itu tampak kian eksotis. Sulit menemukan suasana kota yang sama seperti di Singkawang. Saya juga berkesempatan menikmati makan malam di Villa Bukit Mas. Sebuah Rastoran sekaligus penginapan yang berada di atas bukit. Dari sana, kita bisa menikmati makan malam sambil mengagumi indahnya pemandangan kota Singkawang malam hari dari ketinggian. Sebuah pengalaman makan malam yang menyenangkan. Sayang saya tidak sedang bersama pasangan.

Esok paginya sebelum pulang, saya dan teman-teman mencoba hiking mendaki ke salah satu bukit di Singkawang yang oleh masyarakat sekitar di sebut gunung Poteng. Sebenarnya di sekitar Singkawang ada banyak objek wisata pantai yang bisa dinikmati, namun karena saya dan teman-teman sudah cukup sering ke pantai, jadi kami memutuskan untuk hiking.

Di puncak gunung poteng ini terdapat sebuah kolam pemandian dengan aliran air gunung yang sejuk dan deras. Sayang tempat pemandian tersebut tidak cukup terawat meski airnya sangat bersih. Namun sebagai tempat untuk mandi dan menikmati sejuknya aliran mata air gunung, rasanya sudah cukup. Apalagi sebelumnya harus berkeringat mendaki bukit tersebut karena jalan menuju tempat pemandian tidak memungkinkan untuk dilewati kendaraan roda empat.

Jumat, 02 Agustus 2013

Book Review : Sepotong Senja Untuk Pacarku



Sukab memang keterlaluan. Demi Alina, orang yang dicintainya, ia nekat memotong senja dengan pisau swiss-nya lalu mengirimkannya pada kekasihnya itu lewat Pos. Akibatnya, ia dikejar-kejar polisi setelah dunia gempar karena telah kehilangan senja. Sialnya lagi tukang Pos yang mengantarkan senja itu tak cukup amanah sehingga senja itu harus tertunda sampai sepuluh tahun untuk akhirnya sampai ke tangan Alina. 

Kalau anda menganggap Sepotong Senja untuk Pacarku sebagai sebuah percintaan gombal ala-ala anak SMA, berarti anda telah tertipu oleh judulnya. Kalau anda juga berfikir buku ini hanya berkisar tentang kisah Sukab memperjuangkan cintanya pada Alina dengan konflik-konflik model sinetron-sinetron Indonesia, oh... anda sudah keliru besar. 

Terdiri dari 13 cerita pendek yang bisa dengan bebas kita nikmati entah itu sebagai potongan kisah yang berdiri sendiri-sendiri ataupun sebagai sebuah kesatuan utuh yang saling berkaitan, Seno Gumira Ajidarma sedang mengajak kita memasuki sebuah dunia baru yang ia ciptakannya. Dunia yang absurd, aneh dan unik. 

Keliaran imajinasi ala SGA, membuat tema-tema sederhana yang diangkatnya terasa menarik dan tidak membosankan. Cerita seorang pria yang mencintai seorang wanita sudah biasa. Tapi ketika si pria nekat mencuri senja untuk membuktikan cintanya, tentu ini jadi tak biasa bahkan tak masuk akal. Tapi ini bukan dunia biasa. Ini dunia ciptaan SGA (saya menyebutnya dunia Sukab) dan hal itu bisa-bisa saja terjadi. 

Begitupun dalam cerita Hujan, Senja dan Cinta. Tentu cerita seseorang lelaki yang setia pada wanita yang dicintainya meski wanita itu sudah menikah dengan lelaki lain terdengar klise. Tapi jika kemudian kesetian itu berwujud dengan hujan yang selalu mengikuti kemanapun si wanita pergi hingga membuatnya jengkel sendiri, saya bisa jamin ini bukan tema pasaran. Tidak masuk akal? Ya. Tapi inikan dunia Sukab. Semua sah-sah saja. 

Meski judulnya agak gombal, namun sebenarnya buku ini bukan kumpulan kisah romance. Praktis hanya dua cerita yang boleh dibilang romantis (Sepotong Senja untuk Pacarku dan Hujan, Senja dan Cinta). Sisanya justru tidak menyuguhkan kisah-kisah romantis. Beberapa seperti cerpen Kunang-Kunang Mandarin malah berbicara tentang sesuatu yang mengerikan. Bahkan cerpen Jawaban Alina (balasan Alina atas senja yang dikirimkan Sukab) justru bercerita tentang musnahnya umat manusia. 

Absurd. Mungkin itulah kesan yang akan anda rasakan begitu selesai membaca buku ini untuk pertama kali. Tapi surealisme khas SGA ini berhasil hadir dengan gurih dan cukup ringan. Sebagian memang akhirnya tetap terasa berat dan sulit untuk dimengerti. Tapi tekhnik penceritaannya yang memikat, membuat kita tetap bisa menikmatinya dari awal hingga akhir. 

Kalau anda selama ini cuma terbiasa dengan cerita-cerita teenlit, mungkin akan terbengong-bengong dengan keanehan dan segala hal tak masuk akal dalam cerita di buku ini. Tapi kisah-kisah di Sepotong Senja untuk Pacarku memang tidak untuk dibenturkan dengan logika. Nikmati saja, sambil sedikit-sedikit cobalah maknai metafora-metafora di dalamnya. Setidaknya anda mungkin jadi bisa setuju dengan saya bahwa dunia yang sempit ini tidak cukup untuk membatasi imajinasi manusia. 

Rate: 4/5 

Judul buku : Sepotong Senja untuk Pacarku 
Pengarang : Seno Gumira Ajidarma 
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama 
Tahun Terbit : Januari 2002 
Jumlah Halaman : 218 

Daftar isi : 
– Sepotong Senja untuk Pacarku 
– Jezebel 
– Ikan Paus Merah 
– Kunang-kunang Mandarin 
– Rumah Panggung Tepi Pantai 
– Peselancar Agung 
– Hujan, Senja dan Cinta 
– Senja Hitam Putih 
– Mercusuar 
– Anak-anak Senja 
– Senja yang Terakhir 
– Jawaban Alina 
– Tukan Pos dalam Amplop

Rabu, 31 Juli 2013

Karena Sakit Kepala Tak Bisa Dibohongi

Hidup itu memang penuh kejutan ya?

Kemarin-kemarin, mana saya pernah terfikir menjadi seorang penyiar radio. Dibenak saya, para penyiar radio adalah orang-orang dengan kemampuan berbicara di atas rata-rata, punya vokal yang bagus serta tentu saja tidak pernah kehabisan ide saat berbicara.

Saya sendiri mengidientifikasi diri saya sebagai seorang pendiam. Di lingkungan baru, atau jika berhadapan dengan teman-teman baru, saya cenderung diam. Mendengarkan tanpa banyak bicara. Mencoba menyesuaikan. Makanya, jika mengikuti seminar atau training jangan pernah berharap saya akan sengaja bertanya. Saya akan memilih diam di bawah radar. Tidak terdeteksi.

Karena itulah saya selalu merasa tidak punya bakat untuk perkerjaan bernama penyiar radio. Tapi sekarang, sudah dua bulan ini saya bolak-balik di Radio Volare, sebuah radio swasta dan salah satu yang tertua di kota Pontianak. Awalnya lumayan kagok. Terutama jika sudah berhadapan dengan para penyiar lain yang mungki dari lahir sudah selalu heboh dan berisik. Dan saya, lebih banyak diam sambil mencoba beradaptasi.
Sejauh ini saya menikmati perkerjaan ini. Berhadapan dengan mic dan mixer yang kadang bikin ribet, berinteraksi dengan para pendengar setia, dan membuat obrolan yang seru dengan penyiar-penyiar lainnya saat mengudara. Satu hal yang saya percaya dengan pasti, asal kita mau belajar, kita bisa menjadi apapun. Dan saya sedang belajar untuk menjadi penyiar radio yang baik.

Tapi menjadi penyiar, bukannya tanpa tantangan. Selalu tampil ceria ketika membawakan program adalah sebuah keharusan. Seorang penyiar harus mampu menghadirkan suasana yang hangat dan menyenangkan ketika mengudara. Seperti apapun suasana hati atau kondisi si penyiar, yang dihadirkan kepada para pendengar haruslah keceriaan.

Yang paling tidak enak tentu saja ketika migrain tiba-tiba menyerang. Sulit rasanya bisa bertugas dalam keadaan seperti itu. Percayalah, bersiaran sambil menahan rasa sakit dikepala bukan sesuatu yang bagus. Jangan mengharapkan siaran akan bisa dibawakan dengan baik yang ada malah para pendengar nanti yang jadi korbannya. Karena itu lebih tepat rasanya meminta penyiar lain untuk menggantikan bersiaran.

Hanya saja, tak setiap saat ada yang mau menggantikan bersiaran. Di saat-saat seperti itulah Bodrex bisa dijadikan solusi. Dengan Bodrex Migra, sakit kepala sebelah tidak akan lagi mengganggu saya bersiaran. Reaksinya yang cepat membuat saya sanggup tetap menghadirkan kecerian ketengah-tengah pendengar setia radio Volare, meski migrain tersebut datang menjelang saat-saat saya harus mengudara.


Memang tidak ada pilihan lain, menyiapkan Bodrex Migra (dan tentu saja varian Bodrex yang lainnya) adalah suatu keharusan. Karena tidak jarang, ketika sakit kepala menyerang kita punya setumpuk tugas yang masih harus diselesaikan atau segudang aktivitas yang harus dijalani. Dan ketika kesibukan tak mau berkompromi, sementara sakit kepala tak bisa dibohongi, Bodrex yang terbukti Juaranya reaksi cepat, mungkin bisa menjadi jawaban.
 
 Tulisan ini diikut sertakan dalam lomba Bodrex Juaranya Cepat yang diselenggarakan Bodrex dan VIVAlog

Senin, 29 Juli 2013

Saatnya Mendengar Mereka Berbicara

Refleksi Hari Anak 2013

Dunia hari ini adalah dunia yang semakin tidak nyaman untuk ditinggali. Kerusakan, ketidakadilan, pertikaian hingga perperangan adalah hal yang selalu kita jumpai dalam banyak siaran berita hampir setiap hari. Dan kompetisi hidup pun jadi semakin beringas, semakin egois dan semakin kejam. Seolah zaman menuntut kita ber-evolusi sekali lagi. Melakukan apa yang oleh Charles Darwin di sebut sebagai seleksi hidup.

Dan dalam banyak kasus, anak-anak selalu menjadi korban paling pertama dan utama. Dalam berbagai macam pertikaian yang masih saja terjadi, dengan berbagai kepentingan di dalamnya, anak-anaklah yang paling terlebih dahulu merasakan dampak dan merasakan secara langsung akibat dari pertikaian tersebut. Dalam berbagai kepentingan politik, tak jarang juga anak-anak kehilangan hak-hak mereka entah untuk sebuah kehidupan yang layak atau pendidikan yang memadai. Bahkan pula tidak jarang kita temui, anak-anak menjadi objek eksploitasi dari para orang tua, atau bahkan menjadi pelampiasan ambisi para orang tua.

Saya yakin semua orang sepakat bahwa anak-anak adalah cerminan masa depan dari sebuah bangsa. Tapi sedikit sekali yang mau benar-benar menjadikan mereka sebagai asset berharga yang kelak nanti akan menjadi penentu baik buruknya wajah negeri ini. Yang ada adalah anak-anak kita kadang dibiarkan berada dalam posisi tak terlindungi, baik dari ancaman yang berupa kekerasan ataupun eksploitasi, maupun dari ancaman arus negatif yang tidak henti-hentinya menghantui anak-anak baik di negeri ini, maupun di belahan dunia manapun.

Saya selalu percaya bahwa setiap anak lahir dengan kesempurnaannya masing-masing. Karena itu saya juga percaya bahwa siapapun mereka punya potensi untuk menjadi agen perubahan. Berbicara, bergerak bahkan bahkan menjadi pioner untuk sebuah perubahan yang lebih baik.

Mari kembali ke tahun 1992, untuk mengenang sebuah kejadian yang sangat luar biasa sekaligus harusnya membuat kita orang dewasa menjadi malu. Seorang anak berusia 12 tahun, Severn Cullis-Suzuki telah membungkam dunia dengan pidato 5 menitnya. Ia bersama rekan-rekan remajanya di Environmental Children’s Organization (ECO), organisasi yang didirikannya bersama teman-teman seusianya mengumpulkan uang guna menghadiri Earth Summit yang dilaksanakan di Rio de Janeiro, Brazil. Di forum resmi PBB yang dihadiri hampir seluruh delegasi negara-negara di dunia.

Dan di akhir tulisan ini saya sengaja mengutip isi pidato Severn Cullis-Suzuki kala itu agar kita semua, terutama para orang dewasa menyadari bahwa anak-anak kita adalah harta karun yang wajib kita jaga. Di dalam jiwa murni mereka, wajib kita nyalakan bara api kepedulian terhadap sesama dan kemauan untuk selalu berbuat kebaikan. Bukan malah mengotorinya dengan sifat tamak, rakus dan egois yang sering kali, baik sadar atau tidak kita contohkan dan ajarkan pada mereka. Mari kita belajar pada Severn, mari belajar untuk mendengar mereka, dan mari dorong mereka untuk membangun sebuah dunia yang lebih baik.
Severn Canellis-Suzuki

Pidato Severn Canellis-Suzuki, dihadapan para delegasi dunia di forum Earth Summit, di Rio de Janeiro, pada tahun 1992. 

Halo, nama saya Severn Suzuki, berbicara mewakili E.C.O - Enviromental Children Organization. Kami adalah kelompok dari Kanada yang terdiri dari anak-anak berusia 12 dan 13 tahun, yang berusaha untuk membuat perbedaan, yaitu : Vanessa Suttie, Morga, Geister, Michelle Quiq dan saya sendiri. Kami menggalang dana untuk bisa datang kesini, dari tempat yang jauhnya 6000 mil, untuk memberitahukan pada anda sekalian, orang-orang dewasa, bahwa anda harus mengubah cara anda. Hari ini, di sini juga. Saya tidak memiliki agenda tersembunyi. Saya menginginkan masa depan bagi diri saya saja. 

Kehilangan masa depan tidaklah sama seperti kalah dalam pemilihan umum atau rugi dalam pasar saham. Saya berada di sini untuk berbicara bagi semua generasi yang akan datang. Saya berada disini mewakili anak-anak yang kelaparan di seluruh dunia yang tangisannya tidak lagi terdengar. Saya berada disini untuk berbicara bagi binatang-binatang yang sekarat yang tidak terhitung jumlahnya di seluruh planet ini karena kehilangan habitatnya. Kami tidak boleh tidak di dengar. Saya merasa takut untuk berada di bawah sinar matahari karena berlubangnya lapisan ozon. 

Saya merasa takut untuk bernafas karena saya tidak tahu ada bahan kimia apa yang dibawa oleh udara. Saya sering memancing di Vancouver bersama ayah saya, hingga beberapa tahun yang lalu kami menemukan bahwa ikan-ikannya penuh dengan kanker. Dan sekarang kami mendengar bahwa binatang-binatang dan tumbuhan satu persatu mengalami kepunahan tiap harinya. Hilang selamanya. Dalam hidup saya, saya memiliki mimpi untuk melihat kumpulan besar binatang-binatang liar, hutan rimba dan hutan tropis yang penuh dengan burung dan kupu-kupu. Tetapi sekarang saya tidak tahu apakah hal-hal tersebut bahkan masih ada untuk dilihat oleh anak saya nantinya. 

Apakah anda sekalian harus khawatir terhadap masalah-masalah kecil ini ketika anda sekalian masih berusia sama seperti saya sekarang? Semua ini terjadi di hadapan kita dan walaupun begitu kita masih tetap bersikap seolah-olah kita masih memiliki banyak waktu dan memiliki semua pemecahannya. Saya hanyalah seorang anak kecil dan saya tidak memiliki semua pemecahannya, tetapi saya ingin anda sekalian menyadari bahwa anda sekalian juga sama seperti saya! 

Anda tidak tahu bagaimana caranya memperbaiki lubang pada lapisan ozon kita. 

Anda tidak tahu bagaiman cara mengembalikan ikan-ikan salmon ke sungai asalnya. 

Anda tidak tahu bagaimana caranya mengembalikan binatang-binatang yang telah punah. 

Dan anda tidak dapat mengembalikan hutan-hutan seperti sediakala di tempatnya yang sekarang hanya berupa padang pasir… 

Jika anda tidak tahu bagaimana cara memperbaikinya, tolong berhenti merusaknya… 

Disini anda adalah delegasi negara-negara anda : pengusaha, anggota perhimpunan, wartawan atau politisi, tetapi sebenarnya anda adalah ayah dan ibu, saudara laki-laki dan saudara perempuan, paman dan bibi dan anda semua adalah anak dari seseorang. 

Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa kita semua adalah bagian dari sebuah keluarga besar, yang beranggotakan lebih dari 5 milyar, terdiri dari 30 juta rumpun dan kita semua berbagi udara, air dan tanah di planet yang sama. Perbatasan dan pemerintahan tidak akan mengubah hal tersebut. 

Saya hanyalah seorang anak kecil namun begitu saya tahu bahwa kita semua menghadapi permasalahan yang sama dan kita seharusnya bersatu untuk tujuan yang sama. Walaupun marah, namun saya tidak buta, dan walaupun takut, saya tidak ragu untuk memberitahukan dunia apa yang saya rasakan. 

Di negara saya, kami sangat banyak melakukan penyia-nyiaan, kami membeli sesuatu dan kemudian membuangnya, beli dan kemudian buang. Walaupun begitu tetap saja negara-negara di utara tidak akan berbagi dengan mereka yang memerlukan. Bahkan ketika kita memiliki lebih dari cukup, kita merasa takut untuk kehilangan sebagian kekayaan kita. Kita takut untuk berbagi. Di Kanada kami memiliki kehidupan yang nyaman, dengan sandang, pangan dan papan yang berkecukupan. Kami memiliki jam tangan, sepeda, komputer dan perlengkapan televisi. 

Dua hari yang lalu di Brazil sini, kami terkejut ketika kami menghabiskan waktu dengan anak-anak yang hidup di jalanan. Dan salah satu anak tersebut memberitahukan kepada kami : “Aku berharap aku kaya, dan jika aku kaya, aku akan memberikan anak-anak jalanan makanan, pakaian dan obat-obatan, tempat tinggal, serta cinta dan kasih sayang.” 

Jika seorang anak yang berada di jalanan yang tidak memiliki apapun, bersedia untuk berbagi, mengapa kita yang memiliki segalanya masih begitu serakah? Saya tidak dapat berhenti memikirkan bahwa anak-anak tersebut berusia sama dengan saya, bahwa tempat kelahiran anda dapat membuat perbedaan yang begitu besar. Bahwa saya bisa saja menjadi salah satu dari anak-anak yang hidup di Favellas di Rio. Saya bisa saja menjadi anak yang kelaparan di Somalia, seorang korban perang timur tengah atau pengemis di India. 

Saya hanyalah seorang anak kecil namun saya tahu bahwa jika semua uang yang dihabiskan untuk perang dipakai untuk mengurangi tingkat kemisikinan dan menemukan jawaban terhadap permasalahan alam, betapa indah jadinya dunia ini. 

Di sekolah, bahkan di taman kanak-kanak, anda mengajarkan pada kami untuk berbuat baik. Anda mengajarkan pada kami untuk tidak berkelahi dengan orang lain, mencari jalan keluar, membereskan kekacauan yang kita timbulkan, tidak menyakiti makhluk hidup lain, berbagi dan tidak tamak. Lalu mengapa anda kemudian melakukan hal yang anda ajarkan pada kami supaya tidak boleh dilakukan tersebut? 

Jangan lupakan mengapa anda menghadiri Konfrensi ini. Mengapa anda melakukan hal ini? Kami adalah anak-anak anda semua. Anda sekalianlah yang memutuskan dunia seperti apa yang akan kami tinggali. Orang tua seharusnya dapat memberikan kenyamanan pada anak-anak mereka dengan mengatakan : “Semuanya akan baik-baik saja”, “Kami melakukan yang terbaik yang dapat kami lakukan” dan “Ini bukanlah akhir dari segalanya.” 

Tetapi saya tidak merasa bahwa anda dapat mengatakan hal tersebut kepada kami lagi. Apakah kami bahkan ada dalam daftar prioritas anda semua? Ayah saya selalu berkata “Kamu akan selalu dikenang karena perbuatanmu bukan oleh kata-katamu.” 

Jadi, apa yang anda lakukan membuat saya menangis pada malam hari? Kalian orang dewasa berkata bahwa kalian menyayangi kami. Saya menantang anda semua, cobalah untuk mewujudkan kata-kata tersebut. 

Sekian dan terima kasih atas perhatiannya.

Minggu, 28 Juli 2013

Surga Wisata Di Utara Jakarta

Apa yang pertama kita ingat soal Jakarta? Macet. Banjir. Sampah. Atau Jokowi. Hehehe, ibukota kita tercinta itu memang penuh dengan permasalahan, dan pak gubernurnya memang sedang sibuk blusukan, mencoba membenahi kota yang paling sibuk se-Indonesia.

Mungkin saking kompleksnya permasalahan Jakarta, kadang orang-orang lupa bahwa sedikit ke utara saja dari pusat kota itu, ada gugusan surga nan elok bernama Kepulauan Seribu. Memang jumlah pulaunya tidak benar-benar mencapai bilangan seribu, namun siapapun pasti tidak akan menolak bahwa diantara hiruk-pikuknya jakarta, Kepulauan Seribu menawarkan seribu pesona yang tidak akan bisa dilewatkan oleh traveler manapun.
Kepulauan Seribu

Masih berada dalam wilayah administratif Ibukota Jakarta, Kepulauan Seribu terdiri 110 pulau-pulau kecil yang masing-masing memiliki pesona alam yang menawan dan keunikannya tersendiri. Beribukota di Pulau Pramuka, hanya dibutuhkan setidaknya sekitar 3-4 jam perjalanan laut dari Muara Angke, Muara Kamal, atau Pelabuhan Marina, kita sudah bisa menikmati eksotisme keindahan di Kepulauan Seribu.

Berwisata ke Kepulauan Seribu kita bisa menentukan sendiri perjalanan seperti apa yang kita kehendaki. Bagi yang berkantong tebal, Pulau Bidadari dan Pulau Putri boleh jadi pilihan yang sesuai. Pulau yang tenang dengan keindahan pesona bahari yang sangat luar biasa. Fasilitas yang tersedia di pulau inipun terbilang lengkap mulai dari resort bahkan kapal dengan fasilitas sekelas hotel. Menikmati keindahan pulau-pulau ini bersama pasangan, bisa jadi sebuah momen yang tak terlupakan.

Tapi jika anda tak punya bujet yang cukup besar, Pulau Pramuka dan Pulau Tidung banyak menawarkan fasilitas berharga murah. Namun jangan salah, kedua pulau ini juga punya pesona yang tiada habisnya untuk dieksplorasi. Bahkan Pulau Tidung memiliki jembatan cinta yang membuatnya semkin terkenal dikalangan traveler, terutama para muda-mudi.

Pilihan wisata di kepulauan seribupun beragam. Penyuka diving bisa menikmati banyak spot menyelam di Kepulauan Seribu yang tak kalah indah ketimbang Bunaken atau Raja Ampat. Kumpulan terumbu karang dan hutan mangrove yang termasuk dalam bagian dari Taman Nasional Kepulauan Seribu merupakan daya tarik luar biasa bagi penggemar wisata bawah air.

Eksotisme kepulauan seribu

Wisata sejarahpun bisa di dapat di Pulau Onrust dan sekitarnya. Ada jejak-jejak peninggalan kolonial belanda yang masih tersisa dan layak dikunjungi untuk bernostalgia dengan bagian luar dari Batvia tempo dulu. Kita juga bisa mengunjungi Mercusuar dan Reruntuhan bangunan zaman belanda di pulau Edam dan pulau Cipir.

Dan bagi mereka yang berjiwa petualang, Kepulauan Seribu juga menyediakan banyak pulau kosong tak berpenghuni yang bisa dijadikan sebagai destinasi tujuan. Menikmati pantai dengan tenda sambil menyalakan api unggun dibawah naungan langit luas adalah sesuatu yang pantas untuk dicoba. Selain itu kitapun bisa mengunjungi pusat pelestarian penyu sisik di Pulau Kelapa. Memang, kekayaan hayati yang tersimpan di Kepulauan Seribu adalah gambaran betapa kayanya Indonesia.

Satu yang menjadi kelebihan dari Kepulauan Seribu adalah letaknya yang dekat dengan Ibukota. Tapi eksotisme yang ditawarkan tak kalah dari destinasi wisata legendaris seperti Bali, Raja Ampat, bahkan Hawai sekalipun. Selain itu ada beragam model wisata yang bisa anda nikmati sesuai selera dan budget anda. Bahkan sekarang lebih mudah lagi, karena telah banyak agen perjalanan wisata yang menawarkan paket liburan ke Kepulauan Seribu. 

Karena itu, anda tak harus susah payah mengajukan cuti untuk berlibur dan menikmati suasana pantai yang indah. Di akhir pekan pun anda bisa mengunjungi Kepulauan Seribu. Atau jika berkesempatan berkunjung ke ibukota, entah untuk urusan kerja atau sekedar melancong, maka tak ada salahnya untuk meluangkan waktu dua atau tiga hari untuk menyeberang ke utara Jakarta.

Hanya saja saya khawatir, tiga hari mungkin tidak akan cukup memuaskan kita mengeksplorasi seribu pesona di Kepulauan Seribu. Jadi, jangan salahkan saya kalau kelak anda ingin kembali lagi dan lagi ke sana.

Sumber: 
jakarta.panduanwisata.com
pulauseribu.com

Tulisan ini diikut sertakan dalam lomba blog dari @VIVAlog dan @JakartaTourism

Selasa, 19 Maret 2013

10 Film Favorit Saya

Udah lama nih nggak bikin note, jadi agak bingung mau nulis apa. Kebetulan kemaren nonton beberapa film, jadi akhirnya nulis tentang film deh. Tentang 10 film yang pernah saya tonton dan jadi film favorit saya. Karena banyak sekali film bagus yang pernah dibuat, ditambah pengalaman menonton film saya yang sebenarnya nggak banyak-banyak amat, membuat memilih 10 film diantaranya terasa sulit banget. 

Karena itulah saya menamai daftar ini sebagai 10 film favorit saya. Subjektif, karena memang sesuai dengan selera pribadi dan bisa jadi nggak sesuai dengan selera kawan-kawan. Tapi tentu saja, film-film ini layak dicoba untuk ditonton. Berikut ini daftarnya: 

1. Shawsank Redemption 

Karakter unik Andy Duffre (Tim Robbins), seorang bankir yang masuk penjara karena dituduh membunuh istrinya memang kekuatan utama cerita di film ini. Cerdas, impulsif, optimis dan tidak pernah mau didikte. Menghadapi kehidupan penjara yang keras dan kejam, ia tampil dengan gaya berfikir yang berbeda dari para narapidana lainnya. Ia memberikan bukti bahwa ketekunan akan membuat hal yang mustahil menjadi mungkin. 

Kisah Shawsank Redemption sangat menarik. Gambaran suasana penjara yang keras, mulai dari perilaku homoseksual hingga konflik Andy dengan kepala sipir akan menjadi penghibur kita sepanjang film. Begitupun bagaimana persahabatan antara Andy dan Reed (Morgan Freeman), mungkin saja akan mampu menginsprasi anda yang menontonnya. Plus sedikit twist menjelang penghujung film yang tidak akan kita sangka-sangka.

2. Eternal Sunshine of the Spotless Mind 


Eternal Sunshine of the Spotless Mind bercerita tentang sebuah jasa untuk menghapus ingatan tentang seseorang. Joel (Jim Carrey) dan Clem (Kate Winslet) adalah sepasang kekasih yang bertengkar kemudian menggunakan jasa dari perusahaan tersebut untuk menghilangkan ingatan tentang pasangannya tersebut. Namun kemudian ketika proses penghilang ingatan itu berjalan dan ingatan tentang pasangannya perlahan menghilang, mereka justru mulai menyadari bahwa mereka masih saling mencintai. 

Dengan alur yang tidak biasa dan tema yang unik, ditambah penggambaran yang artistik membuat film ini terasa sangat lengkap. Pemilihan castnya terasa pas. Baik Jim Carrey maupun Kate Winslet sukses menjalankan perannya dengan sangat baik. Bahkan para pemain pendukung macam Mark Rufallo (yang jadi Hulk di the Avenger), Elijah Wood (ingat Frodo Bagins) atau Kristen Dunst (dia bukan ceweknya Spiderman lagi) berhasil melengkapi karakter-karakter utama di film ini dengan nyaris sempurna. Karena itu bagi anda pecinta drama romantis, ini adalah salah satu film yang tak boleh dilewatkan. 

3. 3 Idiot 

Saya telah terpisah cukup lama dari film India, ketika 3 idiot hadir. Ekses dari sulitnya mendapatkan film India baru untuk ditonton plus paradigma masyarakat urban yang bilang “Film India itu norak,” membuat saya dan juga keluarga saya yang hampir semuanya penggemar film India itu terlambat sekali menyaksikan film ini. 

Tapi ketika saya akhirnya menonton film ini, saya dengan bangga berani bilang film India itu keren. 3 Idiot mungkin dibuat untuk mengkritisi pendidikan di India (dan di Indonesia juga seharusnya) yang terlalu bertumpu pada pemahaman teori semata. Dengan plot alur maju mundur, cerita yang seru, komedi-komedi yang menggelitik, dan juga adegan-adegan yang menguras air mata plus akting menawan tiga sekawan yang dimotori Amir Khan ini, membuat waktu hampir 3 jam (selayaknya film India lainnya) terasa tidak akan membosankan. 

Film 3 Idiot adalah pembuktian bahwa film India sudah melangkah maju. Bukan lagi isinya cinta dan nyanyi melulu. Tidak sedikit justru diantaranya yang kualitasnya berada di atas rata-rata dan masuk kategori wajib tonton. Dan 3 Idiot ini adalah satu diantaranya. 

4. Emak Ingin Naik Haji 


Si Emak bercita-cita ingin naik haji dan sang anak tak punya kemampuan untuk mewujudkan cita-cita emaknya tersebut. Berangkat dari tema sederhana inilah film Emak Ingin Naik Haji dibuat. Dan Aditya Gumay tampaknya memang adalah sutradara paling pas untuk membesut film dengan tema-tema semacam ini. 

Ditengah sedikitnya film dalam negeri yang layak disebut berkualitas, film Emak Ingin Naik Haji adalah salah satu film bertema religi yang kualitasnya cukup memuaskan semenjak Rindu Kami Pada-Mu arahan Garin Nugroho. Meski konfliknya terasa sederhana, namun Aditya Gumay sukses membangun karakter-karakter yang membuat cerita film ini tidak monoton. Kredit tersendiri juga layak diberikan pada Aty Cancer dan Reza Rahadian, tanpa akting menawan keduanya, mungkin film yang diangkat dari cerpen berjudul sama ini akan bernasib berbeda. 

5. The Dark Knight 


Mereka yang suka Batman sudah pasti akan menonton film ini. Namun saya dari kecil tidak suka Batman. Tapi setelah kemudian akhirnya saya menonton seri kedua film Batman era Nolan ini, sejak saat itu pula saya jadi jatuh cinta pada Batman dan membuat saya jadi menganggap film-film hero lain macam Spiderman, Hulk, atau Superman tidak ubahnya sekedar film anak-anak biasa. Berlebihan? Mungkin. Tapi tidak ada yang meragukan bahwa Christopher Nolan sukses membesut film ini dari segala sisi. 

Action yang luar biasa, cerita yang rumit namun menarik, dialog-dialog yang keren, serta akting para pemainnya yang seolah memang dilahirkan untuk karakter yang diperankannya. Christhoper Nolan membuat kisah Batman kali ini terasa makin kelam. Dia juga sukses membuat saya jatuh cinta pada karakter Joker (Heath Ledger). Ia dan Heath sukses menghidupkan karakter Joker sebagai penjahat sakit jiwa yang jadi musuh Batman nomer satu. 

Well, baik Christopher Nolan maupun Heath Ledger telah memberikan standar sangat tinggi bagi siapapun kelak yang ingin menggarap film Batman kembali atau memerankan sosok The Joker lagi. 

6. Truman Show 


Truman Show adalah bukti betapa imajinasi tanpa batas manusia. Berkisah tentang kehidupan Truman yang ternyata hanyalah sebuah proyek reality show super besar. Semua orang yang ada di hidupnya hanya aktris dan aktor. Kota tempatnya tinggal benar-benar sebuah set raksasa. Dan kehidupan Truman dari pagi hingga malam, selama 24 jam ditayangkan di televisi seluruh dunia. Menjadi reality show paling popular. Jadi bayangkan saja, sebuah hidup yang palsu, teman-teman yang palsu, dan cinta bahkan orang tua yang juga palsu. Dan Truman hidup di dalamnya. 

Truman Show adalah drama comedy yang menghibur, sekaligus inspiratif. Kita akan dihadapkan tentang bagaimana Truman menghadapi sekaligus keluar dari kepalsuan yang selama ini dijalaninya. Memilih untuk meninggalkan hidupnya yang nyaman menuju dunia luar, dunia sebenarnya. Secara nggak langsung mengajarkan kepada kita untuk berani membuat pilihan. Meski kadang pilihan itu berarti harus keluar dari zona nyaman kita. 

7. The Message 


Ini mungkin film epik paling dahsyat dan monumental bagi umat Islam. Dengan penggarapan kelas Hollywood masa itu, jadilah film ini salah satu film tentang Rasulullah dan kelahiran islam yang cukup bersejarah. Disutradarai oleh Mustapha Akkad dan dibintangi oleh Anthony Queen yang berperan sebagai Hamzah, paman Rasulullah, film ini menceritakan tentang kehidupan nabi Muhammad mulai dari ketika beliau diangkat menjadi Rasul hingga wafatnya beliau. 

Meski menurut saya serial Omar jauh lebih baik, namun untuk bentuk film, The Message masih yang terbaik. Moustafa Akkad dengan segala tantangan yang harus dihadapinya untuk memfilmkan rasul (tidak boleh menampilkan sosok dan suara Rasulullah) terbilang sukses menyutradarai film ini. Bahkan ia berhasil memvisualisasikan suasana bangsa arab di masa awal kelahiran islam. 

8. District IX 


District IX adalah film bertema alien. Namun, tidak seperti film-film alien lainnya macam War of World atau Independience Day dimana para alien di sana bisa seenak udelnya membasmi umat manusia, di District IX ini para alienlah justru jadi makhluk yang tertindas oleh manusia. 

Berseting di Afrika Selatan, film ini konon memang merupakan penggambaran mengenai Aphartheid yang pernah terjadi di sana. Bahkan sutradaranya sendiri memang orang sana. Karena itulah, cita-cita para alien untuk kembali ke pesawat luar angkasa mereka merupakan bentuk gambaran cita-cita para orang kulit hitam di afsel akan kebebasan dan persamaan hak. 

Meski kelihatannya film ini berbudget pas-pasan, namun tidak mengurangi sedikitpun kualitas film. Apalagi tema alien yang berkesan science fiction, ditambah upaya-upaya para alien menghadapi diskriminasi yang mengundang simpati, akan mengetuk perike-alien-an kita. 

9. Se7en 


Jika anda mennganggap Jigsaw Killer di film Saw itu kejam, maka anda juga perlu berkenalan dengan Jhon Doe di film Se7en. Ya, se7en bukan nama artis korea tapi sebuah film bertema pembunuhan yang dirilis di tahun 1995. 

Se7en bercerita tentang dua polisi beda generasi (diperankan oleh Morgan Freman dan Brad Pitt) yang sedang menyelidiki kasus pembunuhan berantai yang menggunakan 7 dosa terlarang di dalam Bible sebagai tema pembunuhannya. Penyelidikan mereka mengarahkan mereka kepada Jhonn Doe sebagai pelakunya. Berhasil ditangkap dengan cukup mudah, ternyata semua belum selesai. Jhonn Doe belum menyelesaikan ke 7 dosa terlarangnya. 

Nama Morgan Freeman adalah jaminan mutu, sementara Brad Pitt sedang berada di puncak aktingnya, membuat kita yakin film ini tidak meragukan bahkan sebelum menonton filmnya. Jhonn Doe yang kejam, psiko dan membunuh tanpa alasan, akan membuat anda bergidik ngeri dengan metode-metode pembunuhan yang digunakannya. Seolah semuanya telah sengaja diatur olehnya dengan sangat rapi. Plus bersiap-siaplah, karena film ini memberikan twist-ending yang benar-benar mengejutkan, sekaligus memuakkan. 

10. Inception 


Sejak menonton The Dark Knight, saya berjanji akan menonton semua film arahan Cristhopher Nolan. Dan janji itu membawa saya pada Inception. Dari Cast ada nama-nama besar macam Leonardo Dicaprio (pasti tau kan?), Joshep Gordon-Levit (lagi laris-larinya waktu itu), serta Ken Watanabe (yang jadi Katsumoto di film The Last Samurai). 

Awal-awal menonton film ini, asli saya sama sekali tidak mengerti, bahkan bisa dibilang bikin ngantuk. Berat. Boleh dibilang ini memang jenis film yang bikin kita harus mikir waktu menontonnya.. Tapi ketika film ini selesai, saya berani bilang ini adalah jenis film yang kita rela duduk menghabiskan credit titlenya untuk menghormati para pembuatnya. Luar biasa. 

Temanya adalah tentang menanamkan sebuah pemikiran kedalam mimpi seseorang. Imajinatif tapi menarik. Seluruh karakter dimainka dengan pas. Alur yang lambat di awal film dibayar lunas dengan action yang menawan di penghujung film. Perlu perjuangan untuk mengikuti film ini dari awal sampai akhir, tapi saya yakin anda akan menyukai film ini.