Di hari lebaran seharusnya adalah saat yang tepat untuk berkumpul bersama keluarga. Tapi di lebaran beberapa tahun yang lalu, tepat di hari kedua syawal, saya dan beberapa orang kawan malah menyisir jalan raya di pesisir barat Borneo untuk menuju Singkawang, kota seribu klenteng.
Singkawang mungkin lebih terkenal sebagai kota yang kental dengan budaya Tiong Hoa dan perayaan Cap Go Meh-nya. Tapi melewatkan lebaran di Singkawang tetap menjadi salah satu memori yang manis yang tidak bisa dilupakan.
Perayaan lebaran di Singkawang sekilas tampak biasa saja. Pertokoan di pusat kota masih banyak yang tampak buka. Terutama karena kebanyakan pertokoan-pertokoan di Singkawang memang milik para pedagang etnis Tiong Hoa. Karena itu, meski di hari lebaran, tak usah khawatir kesulitan belanja. Malah di Singkawang, kita akan dimanjakan oleh deretan pertokoan-pertokoan. Ada yang masih berupa bangunan tempo dulu, ada juga yang telah menyulapnya menjadi bangunan bergaya moderen. Saya dan kawan-kawan menjuluki Singkawang sebagai Braga-nya Kalimantan Barat bahkan ada teman saya yang menyebutnya sebagai Ginza-nya Indonesia.
Satu hal yang bisa saya tangkap ketika pertama kali sampai di pusat kota adalah betapa masyarakat kota itu rukun dalam perbedaannya. Dua bangunan ibadah tampak berdiri megah dalam jarak yang tak terlalu berjauhan. Yang satu Masjid Agung Singkawang yang tampak megah dengan dua menara menjulangnya. Sementara tak jauh dari sana, Kelenteng Vihara Tri Dharma berdiri kokoh dalam nuansa merah. Saya berkesempatan mengabadikan gambarnya dalam satu frame kamera foto. Sebagai bukti bahwa perbedaan tak selalu menjadi pemicu perpecahan. Bukan hanya itu, ketika saya menginap di rumah salah seorang teman, saya mendapati bahwa sudah menjadi kebiasaan bagi orang Tiong Hoa di Singkawang, untuk ikut berkunjung ke tetangganya yang muslim ketika Idul Fitri. Bukti lain bahwa kerukunan beragama telah terjalin di kota ini.
Menginap semalam di kota Singkawang, membuat saya berkesempatan menikmati keindahan kota itu. Bangunan-bangunan tua yang masih banyak tersisa membuat kota itu tampak kian eksotis. Sulit menemukan suasana kota yang sama seperti di Singkawang. Saya juga berkesempatan menikmati makan malam di Villa Bukit Mas. Sebuah Rastoran sekaligus penginapan yang berada di atas bukit. Dari sana, kita bisa menikmati makan malam sambil mengagumi indahnya pemandangan kota Singkawang malam hari dari ketinggian. Sebuah pengalaman makan malam yang menyenangkan. Sayang saya tidak sedang bersama pasangan.
Esok paginya sebelum pulang, saya dan teman-teman mencoba hiking mendaki ke salah satu bukit di Singkawang yang oleh masyarakat sekitar di sebut gunung Poteng. Sebenarnya di sekitar Singkawang ada banyak objek wisata pantai yang bisa dinikmati, namun karena saya dan teman-teman sudah cukup sering ke pantai, jadi kami memutuskan untuk hiking.
Di puncak gunung poteng ini terdapat sebuah kolam pemandian dengan aliran air gunung yang sejuk dan deras. Sayang tempat pemandian tersebut tidak cukup terawat meski airnya sangat bersih. Namun sebagai tempat untuk mandi dan menikmati sejuknya aliran mata air gunung, rasanya sudah cukup. Apalagi sebelumnya harus berkeringat mendaki bukit tersebut karena jalan menuju tempat pemandian tidak memungkinkan untuk dilewati kendaraan roda empat.
Sejuk mendengar kabar toleransi antar umat beragama di negeri ini. :)
BalasHapusSemoga kerukunan ini tetap terjaga, karena kita dan mereka saling membutuhkan.
amin... Semoga Indonesia rukun selalu
HapusYups.. kerukunan beragama di kota Singkawang, sesejuk warna hijau yang jadi theme blog ini :)
BalasHapus@Bp Koprol: thanks udah bersedia mampir
Hapusindahnya toleransi, btw foto yang keduanya bagus :D
BalasHapus@ankhe: yg seperti ini harus dijaga.
Hapusthanks udah mampir
Cerita teman saya yang sempat bekerja disana katanya memang toleransi antar umat beragamanya sangat baik.
BalasHapusAh, kapan ya bisa kesana :)
paling seru datangnya pas cap go meh, rame...
HapusLain waktu boleh tuh datang lagi ke singkawang gan, masih banyak banget yang belum dicicipi dari segala tempat wisata ataupun kulinernya ...
BalasHapus