Senin, 29 Juli 2013

Saatnya Mendengar Mereka Berbicara

Refleksi Hari Anak 2013

Dunia hari ini adalah dunia yang semakin tidak nyaman untuk ditinggali. Kerusakan, ketidakadilan, pertikaian hingga perperangan adalah hal yang selalu kita jumpai dalam banyak siaran berita hampir setiap hari. Dan kompetisi hidup pun jadi semakin beringas, semakin egois dan semakin kejam. Seolah zaman menuntut kita ber-evolusi sekali lagi. Melakukan apa yang oleh Charles Darwin di sebut sebagai seleksi hidup.

Dan dalam banyak kasus, anak-anak selalu menjadi korban paling pertama dan utama. Dalam berbagai macam pertikaian yang masih saja terjadi, dengan berbagai kepentingan di dalamnya, anak-anaklah yang paling terlebih dahulu merasakan dampak dan merasakan secara langsung akibat dari pertikaian tersebut. Dalam berbagai kepentingan politik, tak jarang juga anak-anak kehilangan hak-hak mereka entah untuk sebuah kehidupan yang layak atau pendidikan yang memadai. Bahkan pula tidak jarang kita temui, anak-anak menjadi objek eksploitasi dari para orang tua, atau bahkan menjadi pelampiasan ambisi para orang tua.

Saya yakin semua orang sepakat bahwa anak-anak adalah cerminan masa depan dari sebuah bangsa. Tapi sedikit sekali yang mau benar-benar menjadikan mereka sebagai asset berharga yang kelak nanti akan menjadi penentu baik buruknya wajah negeri ini. Yang ada adalah anak-anak kita kadang dibiarkan berada dalam posisi tak terlindungi, baik dari ancaman yang berupa kekerasan ataupun eksploitasi, maupun dari ancaman arus negatif yang tidak henti-hentinya menghantui anak-anak baik di negeri ini, maupun di belahan dunia manapun.

Saya selalu percaya bahwa setiap anak lahir dengan kesempurnaannya masing-masing. Karena itu saya juga percaya bahwa siapapun mereka punya potensi untuk menjadi agen perubahan. Berbicara, bergerak bahkan bahkan menjadi pioner untuk sebuah perubahan yang lebih baik.

Mari kembali ke tahun 1992, untuk mengenang sebuah kejadian yang sangat luar biasa sekaligus harusnya membuat kita orang dewasa menjadi malu. Seorang anak berusia 12 tahun, Severn Cullis-Suzuki telah membungkam dunia dengan pidato 5 menitnya. Ia bersama rekan-rekan remajanya di Environmental Children’s Organization (ECO), organisasi yang didirikannya bersama teman-teman seusianya mengumpulkan uang guna menghadiri Earth Summit yang dilaksanakan di Rio de Janeiro, Brazil. Di forum resmi PBB yang dihadiri hampir seluruh delegasi negara-negara di dunia.

Dan di akhir tulisan ini saya sengaja mengutip isi pidato Severn Cullis-Suzuki kala itu agar kita semua, terutama para orang dewasa menyadari bahwa anak-anak kita adalah harta karun yang wajib kita jaga. Di dalam jiwa murni mereka, wajib kita nyalakan bara api kepedulian terhadap sesama dan kemauan untuk selalu berbuat kebaikan. Bukan malah mengotorinya dengan sifat tamak, rakus dan egois yang sering kali, baik sadar atau tidak kita contohkan dan ajarkan pada mereka. Mari kita belajar pada Severn, mari belajar untuk mendengar mereka, dan mari dorong mereka untuk membangun sebuah dunia yang lebih baik.
Severn Canellis-Suzuki

Pidato Severn Canellis-Suzuki, dihadapan para delegasi dunia di forum Earth Summit, di Rio de Janeiro, pada tahun 1992. 

Halo, nama saya Severn Suzuki, berbicara mewakili E.C.O - Enviromental Children Organization. Kami adalah kelompok dari Kanada yang terdiri dari anak-anak berusia 12 dan 13 tahun, yang berusaha untuk membuat perbedaan, yaitu : Vanessa Suttie, Morga, Geister, Michelle Quiq dan saya sendiri. Kami menggalang dana untuk bisa datang kesini, dari tempat yang jauhnya 6000 mil, untuk memberitahukan pada anda sekalian, orang-orang dewasa, bahwa anda harus mengubah cara anda. Hari ini, di sini juga. Saya tidak memiliki agenda tersembunyi. Saya menginginkan masa depan bagi diri saya saja. 

Kehilangan masa depan tidaklah sama seperti kalah dalam pemilihan umum atau rugi dalam pasar saham. Saya berada di sini untuk berbicara bagi semua generasi yang akan datang. Saya berada disini mewakili anak-anak yang kelaparan di seluruh dunia yang tangisannya tidak lagi terdengar. Saya berada disini untuk berbicara bagi binatang-binatang yang sekarat yang tidak terhitung jumlahnya di seluruh planet ini karena kehilangan habitatnya. Kami tidak boleh tidak di dengar. Saya merasa takut untuk berada di bawah sinar matahari karena berlubangnya lapisan ozon. 

Saya merasa takut untuk bernafas karena saya tidak tahu ada bahan kimia apa yang dibawa oleh udara. Saya sering memancing di Vancouver bersama ayah saya, hingga beberapa tahun yang lalu kami menemukan bahwa ikan-ikannya penuh dengan kanker. Dan sekarang kami mendengar bahwa binatang-binatang dan tumbuhan satu persatu mengalami kepunahan tiap harinya. Hilang selamanya. Dalam hidup saya, saya memiliki mimpi untuk melihat kumpulan besar binatang-binatang liar, hutan rimba dan hutan tropis yang penuh dengan burung dan kupu-kupu. Tetapi sekarang saya tidak tahu apakah hal-hal tersebut bahkan masih ada untuk dilihat oleh anak saya nantinya. 

Apakah anda sekalian harus khawatir terhadap masalah-masalah kecil ini ketika anda sekalian masih berusia sama seperti saya sekarang? Semua ini terjadi di hadapan kita dan walaupun begitu kita masih tetap bersikap seolah-olah kita masih memiliki banyak waktu dan memiliki semua pemecahannya. Saya hanyalah seorang anak kecil dan saya tidak memiliki semua pemecahannya, tetapi saya ingin anda sekalian menyadari bahwa anda sekalian juga sama seperti saya! 

Anda tidak tahu bagaimana caranya memperbaiki lubang pada lapisan ozon kita. 

Anda tidak tahu bagaiman cara mengembalikan ikan-ikan salmon ke sungai asalnya. 

Anda tidak tahu bagaimana caranya mengembalikan binatang-binatang yang telah punah. 

Dan anda tidak dapat mengembalikan hutan-hutan seperti sediakala di tempatnya yang sekarang hanya berupa padang pasir… 

Jika anda tidak tahu bagaimana cara memperbaikinya, tolong berhenti merusaknya… 

Disini anda adalah delegasi negara-negara anda : pengusaha, anggota perhimpunan, wartawan atau politisi, tetapi sebenarnya anda adalah ayah dan ibu, saudara laki-laki dan saudara perempuan, paman dan bibi dan anda semua adalah anak dari seseorang. 

Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa kita semua adalah bagian dari sebuah keluarga besar, yang beranggotakan lebih dari 5 milyar, terdiri dari 30 juta rumpun dan kita semua berbagi udara, air dan tanah di planet yang sama. Perbatasan dan pemerintahan tidak akan mengubah hal tersebut. 

Saya hanyalah seorang anak kecil namun begitu saya tahu bahwa kita semua menghadapi permasalahan yang sama dan kita seharusnya bersatu untuk tujuan yang sama. Walaupun marah, namun saya tidak buta, dan walaupun takut, saya tidak ragu untuk memberitahukan dunia apa yang saya rasakan. 

Di negara saya, kami sangat banyak melakukan penyia-nyiaan, kami membeli sesuatu dan kemudian membuangnya, beli dan kemudian buang. Walaupun begitu tetap saja negara-negara di utara tidak akan berbagi dengan mereka yang memerlukan. Bahkan ketika kita memiliki lebih dari cukup, kita merasa takut untuk kehilangan sebagian kekayaan kita. Kita takut untuk berbagi. Di Kanada kami memiliki kehidupan yang nyaman, dengan sandang, pangan dan papan yang berkecukupan. Kami memiliki jam tangan, sepeda, komputer dan perlengkapan televisi. 

Dua hari yang lalu di Brazil sini, kami terkejut ketika kami menghabiskan waktu dengan anak-anak yang hidup di jalanan. Dan salah satu anak tersebut memberitahukan kepada kami : “Aku berharap aku kaya, dan jika aku kaya, aku akan memberikan anak-anak jalanan makanan, pakaian dan obat-obatan, tempat tinggal, serta cinta dan kasih sayang.” 

Jika seorang anak yang berada di jalanan yang tidak memiliki apapun, bersedia untuk berbagi, mengapa kita yang memiliki segalanya masih begitu serakah? Saya tidak dapat berhenti memikirkan bahwa anak-anak tersebut berusia sama dengan saya, bahwa tempat kelahiran anda dapat membuat perbedaan yang begitu besar. Bahwa saya bisa saja menjadi salah satu dari anak-anak yang hidup di Favellas di Rio. Saya bisa saja menjadi anak yang kelaparan di Somalia, seorang korban perang timur tengah atau pengemis di India. 

Saya hanyalah seorang anak kecil namun saya tahu bahwa jika semua uang yang dihabiskan untuk perang dipakai untuk mengurangi tingkat kemisikinan dan menemukan jawaban terhadap permasalahan alam, betapa indah jadinya dunia ini. 

Di sekolah, bahkan di taman kanak-kanak, anda mengajarkan pada kami untuk berbuat baik. Anda mengajarkan pada kami untuk tidak berkelahi dengan orang lain, mencari jalan keluar, membereskan kekacauan yang kita timbulkan, tidak menyakiti makhluk hidup lain, berbagi dan tidak tamak. Lalu mengapa anda kemudian melakukan hal yang anda ajarkan pada kami supaya tidak boleh dilakukan tersebut? 

Jangan lupakan mengapa anda menghadiri Konfrensi ini. Mengapa anda melakukan hal ini? Kami adalah anak-anak anda semua. Anda sekalianlah yang memutuskan dunia seperti apa yang akan kami tinggali. Orang tua seharusnya dapat memberikan kenyamanan pada anak-anak mereka dengan mengatakan : “Semuanya akan baik-baik saja”, “Kami melakukan yang terbaik yang dapat kami lakukan” dan “Ini bukanlah akhir dari segalanya.” 

Tetapi saya tidak merasa bahwa anda dapat mengatakan hal tersebut kepada kami lagi. Apakah kami bahkan ada dalam daftar prioritas anda semua? Ayah saya selalu berkata “Kamu akan selalu dikenang karena perbuatanmu bukan oleh kata-katamu.” 

Jadi, apa yang anda lakukan membuat saya menangis pada malam hari? Kalian orang dewasa berkata bahwa kalian menyayangi kami. Saya menantang anda semua, cobalah untuk mewujudkan kata-kata tersebut. 

Sekian dan terima kasih atas perhatiannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar