Hidup itu memang penuh kejutan ya?
Kemarin-kemarin, mana saya pernah terfikir menjadi seorang penyiar radio. Dibenak saya, para penyiar radio adalah orang-orang dengan kemampuan berbicara di atas rata-rata, punya vokal yang bagus serta tentu saja tidak pernah kehabisan ide saat berbicara.
Saya sendiri mengidientifikasi diri saya sebagai seorang pendiam. Di lingkungan baru, atau jika berhadapan dengan teman-teman baru, saya cenderung diam. Mendengarkan tanpa banyak bicara. Mencoba menyesuaikan. Makanya, jika mengikuti seminar atau training jangan pernah berharap saya akan sengaja bertanya. Saya akan memilih diam di bawah radar. Tidak terdeteksi.
Karena itulah saya selalu merasa tidak punya bakat untuk perkerjaan bernama penyiar radio. Tapi sekarang, sudah dua bulan ini saya bolak-balik di Radio Volare, sebuah radio swasta dan salah satu yang tertua di kota Pontianak. Awalnya lumayan kagok. Terutama jika sudah berhadapan dengan para penyiar lain yang mungki dari lahir sudah selalu heboh dan berisik. Dan saya, lebih banyak diam sambil mencoba beradaptasi.
Sejauh ini saya menikmati perkerjaan ini. Berhadapan dengan mic dan mixer yang kadang bikin ribet, berinteraksi dengan para pendengar setia, dan membuat obrolan yang seru dengan penyiar-penyiar lainnya saat mengudara. Satu hal yang saya percaya dengan pasti, asal kita mau belajar, kita bisa menjadi apapun. Dan saya sedang belajar untuk menjadi penyiar radio yang baik.
Tapi menjadi penyiar, bukannya tanpa tantangan. Selalu tampil ceria ketika membawakan program adalah sebuah keharusan. Seorang penyiar harus mampu menghadirkan suasana yang hangat dan menyenangkan ketika mengudara. Seperti apapun suasana hati atau kondisi si penyiar, yang dihadirkan kepada para pendengar haruslah keceriaan.
Yang paling tidak enak tentu saja ketika migrain tiba-tiba menyerang. Sulit rasanya bisa bertugas dalam keadaan seperti itu. Percayalah, bersiaran sambil menahan rasa sakit dikepala bukan sesuatu yang bagus. Jangan mengharapkan siaran akan bisa dibawakan dengan baik yang ada malah para pendengar nanti yang jadi korbannya. Karena itu lebih tepat rasanya meminta penyiar lain untuk menggantikan bersiaran.
Hanya saja, tak setiap saat ada yang mau menggantikan bersiaran. Di saat-saat seperti itulah Bodrex bisa dijadikan solusi. Dengan Bodrex Migra, sakit kepala sebelah tidak akan lagi mengganggu saya bersiaran. Reaksinya yang cepat membuat saya sanggup tetap menghadirkan kecerian ketengah-tengah pendengar setia radio Volare, meski migrain tersebut datang menjelang saat-saat saya harus mengudara.
Memang tidak ada pilihan lain, menyiapkan Bodrex Migra (dan tentu saja varian Bodrex yang lainnya) adalah suatu keharusan. Karena tidak jarang, ketika sakit kepala menyerang kita punya setumpuk tugas yang masih harus diselesaikan atau segudang aktivitas yang harus dijalani. Dan ketika kesibukan tak mau berkompromi, sementara sakit kepala tak bisa dibohongi, Bodrex yang terbukti Juaranya reaksi cepat, mungkin bisa menjadi jawaban.
Tulisan ini diikut sertakan dalam lomba Bodrex Juaranya Cepat yang diselenggarakan Bodrex dan VIVAlog
Tidak ada komentar:
Posting Komentar