Pernahkah kita bertanya seperti ini? Hmm, mungkin tidak. Karena
memang bulan ini sudah dinanti-nantikan oleh banyak orang dengan banyak
alasannya masing-masing. Ramadhan terlalu istimewa untuk dianggap
biasa-biasa saja. Dan tanpa perlu menganggapnya biasa, toh memang di
bulan ini tidak biasa.
Mulai dari sms ucapan selamat
dan permohonan maaf yang memenuhi inbox HP, parade tayangan televisi
yang menyaru wajah islami, kegaduhan setiap kali penentuan awal
ramadhan, aneka hidangan yang dijajakan sampai memenuhi pinggir jalanan,
baju baru, sejadah baru, mukena baru, ataupun segala hiruk pikuk
menjelang akhir ramadhan. Juga dalam praktik ibadah kita. Sahur,
tarawih, puasa sebulan penuh, tadarusan, i'tikaf dan hujan motivasi
untuk menjadikan ramadhan ini lebih dari bulan-bulan biasa. Sesuatu yang
mungkin tidak ada (dan tidak sanggup kita laksanakan) di bulan-bulan
lainnya. Dan memang ramadhan tidak seperti bulan biasanya. Ia bukan
bulan biasa.
Jadi wajar jika semua orang menantikannya. Menunggu kehadirannya.
Tapi
mungkin juga, mungkin juga ada orang-orang yang tidak merasa cukup
repot untuk bergembira menyambut kedatangan ramadhan. Mungkin ramadhan
hanya sebuah rutinitas. Bahkan, bisa jadi sebuah beban. SALAHKAH? Hm...
entahlah. Silahkan saja jika anda ingin memvonis begitu. Karena jika aku
tinggal di Alaska yang waktu malam dimusim panasnya hanya sekitar 2
jam, mungkin saja iman ku tidak cukup tebal untuk tidak menganggap
ramadhan sebagai sebuah beban. Syukurlah, Allah tahu seberapa tebal
imanku, dan Dia membuat aku lahir di negeri ini, Indonesia.
Ramadhan, mengapa kau menemuiku lagi?
Pertanyaan
itulah yang ada di kepala ku malam ini. Jarak kita sudah sedemikian
dekat. Aromamu telah sampai kemari. Tapi masih saja tidak bisa ku
mengerti mengapa kau datang menemuiku kembali. Aku tidak menganggapmu
sebagai beban. Aku juga tidak ingin menganggapmu sebuah rutinitas
tahunan. Dan aku juga tidak ingin menganggapmu sekedar aksesoris
artifisial yang telah menyibukkan banyak orang. Selamat datang Ramadhan,
dan mengapa kau menemuiku lagi?
Aku mengenang pristiwa
yang lalu. Slide ramadhan terakhirku kumainkan ulang di proyektor
otakku. Hm... adakah yang bersisa dari ramadhanku setahun yang lalu. Ah,
kata-kata "Kembali Fitrah" itu sungguh tak punya makna di dunia nyata.
Karena sebelas bulan yang berlalu, ramadhan seperti telah aku lupakan
dari ingatan. Bahkan ibadah-ibadah sederhana yang tidak sempurna di 30
hari itu, tak juga bersisa dalam hari-hari lainnya. Malah tabungan dosa
terus saja terakumulasi dalam tumpukan yang semakin tinggi. Mengotori
kembali kebersihan hati selepas ramadhan yang sebenarnya juga belum
tentu benar-benar sudah tercuci bersih. Ramadhan itu tak terefleksi
dalam hari-hari. Dan segalanya di ramadhan kemarin itu tak juga mampu
mengubah bulir-bulir dosa menjadi langkah-langkah takwa.
Aku
hanya ingin bertanya, mengapa kau menemuiku lagi Ramadhan? Mengapa kau
mengizinkan aku menemui mu kembali? Mengapa kau masih sudi datang
padaku, dengan segala kebodohanku setahun ini. Rasa-rasanya aku tidak
cukup pantas menerima kehadiranmu. Rasa-rasanya, pamanku yang sangat
ringan tangan bersedekah, yang meninggal dua minggu yang lalu, jauh
lebih pantas bertemu denganmu. Atau bahkan Ayahku yang meninggal dua
tahun lalu, yang selalu bersemangat sholat berjamaah di masjid,
berkali-kali jauh lebih pantas menemuimu ketimbang aku yang penuh
kemunafikan dan kemaksiatan.
Tapi kau menemuiku. Kau
mendatangiku. Membiarkan aku kembali menikmati tsunami rahmat dan
bentangan ampunan di siang dan malam-malammu. Memperbolehkan aku
mencicipi lezatnya beribadah bersamamu. Mengizinkan aku merasakan
limpahan ampunan, yang mungkin kembali akan aku kotori dengan
kemaksiatan di kemudian hari. Terima Kasih. Terima Kasih kau masih mau
hadir meski aku sebenarnya tak pantas mendapatkan semua itu. Mengutip
seperti yang Fahd Djibran katakan "Terima kasih telah selalu datang dan
pergi dengan senang hati, tanpa mempedulikan kemunafikan, kemaksiatan,
dan kebebalan kami."
Ramadhan, aku ingin mengenalmu
lebih dalam. Agar kau tidak sekedar kumaknai sebagai penambahan jumlah
rakaat ruku dan sujud. Agar kau tidak sekedar mengosongkan perut di
siang hari dan membenamkan kepala di alas sujud setiap malam hari. Agar
kau tidak hanya tentang berlomba-lomba membaca baris-baris firman
sebanyak-banyaknya. Tapi agar semua ini benar-benar akan membawa aku
menjadi semakin dekat dengan DIA. Agar kau bisa mengantarkan aku pada
cinta yang sebenar-benarnya kepada-Nya.
Tahun ini, aku
mungkin tidak akan mengirim sms "Selamat Ramadhan" kepada siapapun. Aku
hanya ingin menyambut kehadiranmu: Selamat datang Ramadhan, dan mengapa
kau mau menemuiku lagi? (Dan tulisan ini mungkin juga bagian
kemunafikanku yang lainnya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar